Friday, June 15, 2007

Kerja Sosial etc

Bosan dengan rutinitas weekend yang begitu-begitu saja, saya memutuskan untuk mencari kegiatan yang berbeda dari biasanya. Setelah dipikir-pikir, saya memutuskan untuk kerja sosial di sebuah LSM di daerah Kampung Melayu. Di tempat tersebut saya menjadi sukarelawan, guru matematika untuk anak-anak setingkat kelas 2 SLTP.

Kenapa saya memilih kegiatan ini?
1. Saya menyukai matematika waktu saya sekolah.
2. Saya ingin membantu anak-anak yang mungkin tidak seberuntung saya.

Sebenarnya disamping mengajar saya ingin memberikan keyakinan kepada anak-anak tersebut bahwa mereka punya masa depan yang cerah jika mereka mau belajar dan berusaha.
Tidak seperti yang saya duga sebelumnya, mengajar anak-anak tersebut cukup sulit dan butuh kesabaran. Mereka sulit sekali untuk diajak memperhatikan pelajaran secara serius. Saya sudah berusaha untuk menegur mereka secara sopan namun juga tidak ada gunanya juga. Saya jadi penasaran apakah cuma kelas saya saja yang begini? Ternyata tidak. Di kelas lain pun anak-anaknya juga cukup "cerewet" dan semaunya sendiri. Saya juga sadar bahwa mereka hidup di lingkungan yang keras dan tidak mudah. Dan bagi anak seumuran mereka, lingkungan seperti itu cukup berpengaruh pada kepribadian mereka. Mereka mau datang ke kelas saya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.

Walaupun begitu ada satu anak yang cukup serius dan pandai. Benar-benar pandai dan berbeda dengan anak lainnya. Setiap soal yang saya berikan bahkan soal yang bikin bengong seluruh kelas bisa dia kerjakan tanpa kesulitan. Saya puter2-in soalnya juga dia gak kepengaruh. Saya jadi berpikir betapa beruntungnya saya bisa sekolah dari TK sampe tamat perguruan tinggi sedangkan dia walaupun pandai belum dapat kesempatan untuk menikmati pendidikan seperti saya. Kalau saja saya punya uang cukup, saya pasti akan bantu dia, pikir saya. Hmm, coba Indonesia bisa memberikan perhatian kepada anak-anak seperti ini pasti kita bisa lebih maju.

Saya cuma bisa mengajar mereka di bulan Mei lalu karena bulan Juni saya cukup sibuk di pekerjaan. Dan minggu ini, karena satu dan lain hal saya mengundurkan diri sebagai sukarelawan. Awalnya sih saya berpikir, apa sih susahnya bilang mengundurkan diri, kan tinggal ngomong saja. Akhirnya saya telepon ke yayasan tersebut, namun sayang Bu Mamay tidak ada, yang menerima telepon adalah murid saya. Saya mengutarakan rencana saya kepada anak itu dan meminta dia untuk menyampaikannya kepada Bu Mamay. Respon dari anak itu tidak seperti yang saya perkirakan, yang terus terang membuat saya benar-benar sedih dan tidak tahu gimana, saya merasa bersalah sekali kepada anak-anak tersebut. Setelah selesai telepon, saya hanya bisa termangu dan ngelamun gak jelas karena merasa bersalah.

Dalam hati saya berdoa minta maaf kepada Tuhan, dan berdoa agar anak-anak tersebut bisa rajin belajar dan bisa meraih impiannya. Dengan berusaha dan bekerja keras, mereka pasti dapat berhasil. Doaku bersama mereka!

Sejujurnya saya "benci" melihat orang yang tidak bisa sekolah gara-gara uang. Dan jujur saja saya mudah tergerak kalo denger cerita seseorang yang kesulitan uang dalam pendidikan. Beberapa waktu lalu ketika saya memakai mobil carteran kantor, sopirnya pun menceritakan tentang anaknya yang prestasinya bagus tapi tidak bisa melanjutkan ke universitas gara-gara uang. Saya pun menceritakan tentang peluang beasiswa di perguruan tinggi tempat saya mengambil S1, dan saya membelikan buku latihan soal SPMB untuk anak sopir itu. Saya ingin sekali membantu lebih, tetapi saya tidak bisa.

Kelak, kalau saya punya dana, kalau saya punya uang, dan komitmen saya terhadap pendidikan belum berubah, saya ingin memberikan beasiswa untuk:
- Siswa SD Kristen II Lab Salatiga
- Siswa SLTP 1 Salatiga
- Siswa SMU 1 Salatiga
- Siswa S1 IF-ITB
- Alumni S1 IF yang ingin melanjutkan studi lanjut kemanapun.
Mungkin terdengar kedaerahan? Saya bukan orang kaya seperti Putra Sampoerna yang bisa memberi beasiswa ke ribuan anak bangsa, setidaknya saya bisa mulai dengan daerah saya sendiri...Itupun kalau saya memang mampu. Punya cita-cita kayak gitu tapi gak ada fulus ya sama aja.

Maju terus Indonesia!

Monday, June 04, 2007

Harsh word

I was in the electrical workshop accompanying a Schlumberger engineer when I met this UK expat. At that time we need a tie-rap to tidy up the cables in the cabinet. So my fellow SLB engineer said to that UK guy, "Sir, do you have a tie rap that we can use?" He answered," You need a tie rap? F*ck me!!" I was very surprised when he said that. After that he wore his safety helmet, safety gloves, earplug, safety glass and went out from the room. After several minutes he came back to the room and gave us many tie raps.
Offshore guy always unpredictable.