Wednesday, November 23, 2011

2012 Dream

I've set my ultimate dream for 2012. Publish one paper in SIGIR/CIKM 2012. I only need one.
Please help me God...


Sunday, November 06, 2011

Film

Sudah agak lama tidak menonton bioskop, akhirnya minggu lalu nonton beberapa film.
Yang pertama nonton The Three Musketeers, bagi saya sih filmnya biasa saja, dengan humor yang tidak biasa. Namun, karena waktu nonton film ini bersama teman dosen lain yang masih j*mbl* juga, jadi lucu juga soalnya ada beberapa kata-kata dalam film ini yang "menohok" terutama dari karakter si Athos (salah satu Musketeers).

Contoh:
Jangan percaya siapapun, terutama wanita. Engkau akan hidup lebih lama

Hidup itu terlalu singkat. Namun terlalu lama jika tanpa seseorang di sisimu


Film ke-2 judulnya Real Steel, sebelom nonton saya sangat meremehkan kualitas film ini. Ternyata setelah nonton film ini, hmmm cukup bagus ternyata. Walau filmnya tentang robot, aspek emosional yang dimasukkan cukup terasa juga. Jadi jangan heran kalo penonton juga ada yang nangis :P Baguslah pokoknya film ini. Di IMDB juga ternyata film ini ratingnya tinggi, jadi gak heranlah. Jadi inget bokap setelah nonton film ini. Miss you dad!

Tuesday, November 01, 2011

Campur campur

Ketika naik ojek tadi, seketika muncul di pikiran mengenai "ajaran2/kebiasaan2/perlakuan2" yang saya alami dari kecil sampe remaja, yaitu waktu saya tumbuh di lingkungan yang mixed. Saya sebut mixed karena walau saya sampe SMU tinggal di Salatiga yang notabene adalah tanah Jawa, orang tua saya sendiri bukan orang Jawa. Papa saya orang Ambon asli, Ibu saya keturunan Tionghoa dari Nusa Tenggara Timur.
Dibesarkan di lingkungan kultur yang campur-campur ini, banyak sekali kebiasaan2/aturan2 yang diajarkan/diberitahukan kepada saya, yang mungkin bagi sebagian orang terlihat agak "aneh".
Contoh :
- Jangan pernah bilang mau pergi ke suatu tempat yng "penting", jika kamu nggak bisa kesana.
Maksudnya? Hmm, saya sendiri nggak berani njelasinnya :D Interpretasikan sendiri saja.
- Kalau misalnya kamu sudah bilang mau layat seseorang maka kamu harus datang.
- Supaya nggak kena guna-guna pakailah (maaf) celana d*l*m terbalik.
- Kalau kita lagi bertamu terus disuguhi Teh tanpa hidangan lain, itu istilahnya namanya teh
berani.
- Dilarang menjalin hubungan (e.g. pacaran/nikah) dengan orang lain yang masih satu pela
gandong.
- Ning sekolah kowe kudu ngomong Jowo, alasane yo kowe kan wong Jowo. Yen kowe Jowo yo
ngomongo Jowo. Ini yang rada membekas waktu awal - awal SMP. Soalnya saya nggak terlalu
fasih bahasa Jawa waktu itu. Sekarang sih boleh diadu medhok dengan siapapun. Asal bukan bahasa Krama
aja hehehe.
- Jangan makan sambil berdiri.

Sempat juga merasakan hal-hal yang sedikit rasis waktu masih kecil. Anak pribumi suka mem-bully anak keturunan Tionghoa dengan memanggil Cino. Walau bukan saya yang jadi target, pengalaman tsb cukup membekas ya karena Mama saya Chinese. Waktu tahun 1998, pas Indonesia lagi mencekam dengan serangkaian kerusuhan di berbagai daerah, Mama berpesan kepada saya, kalau saya ditanya apakah kamu China, jawab tidak. Walau sebenernya saya juga merasa gak bakal ditanyain seperti itu karena wajah saya gak China2 amat karena pengaruh gen Papa saya kali ya :P .

Berkumpul dengan saudara-saudara juga menjadi sedikit aneh, kalau kumpul dengan keluarga Papa, mereka pernah bilang, wah ini bukan Ambonn, berhubung logat saya SUPER MEDHOK. Bahkan 4 tahun di Bandung, 2 tahun di Jakarta, 3 tahun di Belanda pun tidak sanggup merenggut kemedhokan saya. Kadang-kadang kurang percaya diri dengan medhok ini :P seems not cool :P ! Oh ya sekedar info, kalau anda ingin mengetes kemedhokan seseorang, mintalah dia untuk mengucapkan kata berikut: "Abdul Kadir". Perhatikan betapa njeder ndhewer ndhewer ketika dia mengucapkan "dul" dan "dir"

Btw, kalau berkumpul dengan keluarga dari Mama juga begitu, kayak beda sendiri, yang lain pada putih-putih, rambut lurus sedangkan saya kulit coklat,rambut berombak.

Alhasil saya selalu bingung kalau ditanya, kamu orang mana? Mau jawab Ambon tapi kok medhok, Mau jawab Jawa tapi ya nama saya ga ada Jawa2nya sama sekali... Nasib campur-campur :P

Mimpi Satu Juta Dollar

Beberapa waktu lalu ketika saya lagi jalan-jalan ke Plaza Senayan, ada acara launching buku Merry Riana di Kinokuniya, yang pada dasarnya menceritakan kisahnya dia sampai sukses sekarang ini. Hmm, nih orang pasti hebatlah. Kuliah di NTU, Electrical Engineering terus dia mendapatkan 1 juta dollar pertamanya pas umur 26 kalo nggak salah. Yah kagum pastilah. Tapi entah kenapa males baca bukunya, lihat judulnya saja sudah agak malas. Soalnya saya berpikir sudah tahu intinya dari buku itu. Ya pokoknya jadi orang jangan takut bermimpi, siapapun berhak bermimpi yang tinggi, lalu ketika sudah punya mimpi ya dikejar mati-matian. Kalau gak dapet mimpinya ya ganti mimpinya, terus begitu.

Lalu apakah mimpi harus seperti Merry? Supaya punya duit satu juta dollar? Ya nggak haruslah. Yah Merry sendiri punya mimpi seperti itu karena dilatarbelakangi kehidupannya yang agak kesulitan keuangan waktu kuliah. Jadi dia ceritain, bahwa dia hidup prihatin ketika kuliah. Hingga akhirnya dia punya mimpi suatu saat untuk memiliki kebebasan finansial. Kelebihan nih orang kalau yang aku tangkap ya dia bener-bener fokus dan gak pernah menyerah dalam mengejar mimpinya.

Btw, ketika Raditya Dika ditanya, apakah mimpi satu juta dollar anda? Dia jawab, renang di Ancol minggu depan hahahahaha LOL =)) Hmm, ayo kita bermimpi! Tapi jangan lupa bangun hehehe :D

Monday, October 24, 2011

DDP

Aduh.. Tadi liat-liat hasil kerja mahasiswa di Quiz 2 DDP. Hmm, kok masih ada yang nge-blank ya... Moga-moga UTS hasilnya baik-baik deh...

Pengalaman Apply US Visa - Jakarta Embassy

Pengen nulis ttg pengalaman apply US Visa :P Soalnya apply tanpa bantuan siapapun, yeah!! ;)
Proses melakukan lamaran aplikasi untuk US Visa ternyata tidak berbelit-belit. Semua syarat dan langkah-langkah yang harus dilakukan sudah cukup jelas dicantumkan di website kedutaan Amerika. Anda bisa lihat disini http://jakarta.usembassy.gov/howtoapply.html. Secara umum ada tiga tahap yaitu mengisi aplikasi secara elektronik, membayar fee ke bank yang sudah ditentukan, dan interview.

Aplikasi Elektronik
Anda harus mengisi semacam form elektronik. Buanyak buangeeet pertanyaannya. Sediakan waktu kira-kira 1-1.5 jam untuk sabar mengisi dengan SABAR dan TELITI jawaban dari pertanyaannya. Kalau dilihat sih duetil buanget, sampe pendidikan dari SD sampe yang terkini disuruh ngisi. Pokoknya jangan sampe salah ngisi, kalau gak mau disuruh pulang pas datang ke embassy. Oh iya, pas terakhir2 disuruh ngupload foto juga, dan ada spesifikasi khusus untuk fotonya e.g. 5x5, latar belakang putih dll. Saya sih waktu itu foto di Jalan Sabang, banyak tempat foto yang udah tau spesifikasi tersebut. Orang di depan tokonya aja udah ada tulisan "Foto utk US Visa dll"

Membayar Fee
Kita mbayarnya ke Bank Permata atau Standard Chartered, udah ada daftar cabangnya jg.

Interview
Ini yang paling seruuuuu!#Halah. Interviewnya harus datang ke kedutaan Amerika di daerah Gambir sono. Waktu itu sih milih interview pagi jam 07.00. Paling lambat dateng 30 menit sebelom jadwal interview. Saya datang sekitar jam 06.00, kirain masih sepi, ya amploppp udah ada 20-an orang ngantri. Ngantrinya rada "aneh", pertama-tama disuruh nunggu di jalan kecil sebelah kedutaan. Baru dekat-dekat 06.30 disuruh jalan ke depan kedutaan. Nyampe depan kedutaan disuruh kasih liat paspor sama tanda appointment kita. Abis itu ngantri lagi untuk security clearance masuk di kedutaan. Biasalah, lewat detector. Habis itu ngantri lagi nunggu loket buka. Sekitar jam 7 lewat, buka loketnya, dicek dokumen paspor lama + baru, hasil print konfirmasi aplikasi yang kita submit, dan foto 5x5. Di loket tersebut ditanya2 ttg informasi dasar aja sih. Mungkin buat verifikasi saja. Habis itu kita dikasih semacam kartu putih, lalu ada nomor grupnya. Ok deh, setelah dari loket nungguuu lagiiiii. Jadi nanti grup kita akan dipanggil terus kita diminta sidik jari elektronik. Habis itu....nunggu lagiiiiii......Terakhir tapi ini, yeaah, interview. Yang interview bule, nanya tujuan ke US, mau ngapain di US, berapa lama di US. Trus karena keperluan saya itu conference ya sudah ditanyain conferencenya itu tentang apa. Habis itu saya nawarin nunjukin invitation letter dll. Setelah itu orangnya kayaknya ngeliat-liat, ngetik-ngetik sekitar 2 menitan hening...dan akhirnya your visa is approved! Jadinya cuma tiga hari, diambil di gedung Fedex ciputat sono.

Oiya, pas interview ada kejadian menarik sih. Ya jadi kan interviewnya di loket2 gitu kan, trus ada mic di luar loket, jadinya kita bisa denger setiap wawancara itu ngomongin apa. Kasian ada satu anak, kayaknya baru lulus SMU. Kira-kira terjemahan bebasnya gini :ditanyain, mau ngapain di US? Kuliah. Kuliah apa? Engineering. Kenapa pengen kuliah engineering? Karena menarik. Latar belakang studi apa yang sudah mendukung anda untuk memilih engineering? Fisika. Tolong kasih tau saya sesuatu ttg Fisika?............ (anak itu diam) Terserah mau kasih tau apa saja, asal ttg Fisika?............................. (anak itu diam) Pakai bahasa Indonesia juga enggak apa-apa............................ (anak itu tetap diam). Dan setelah itu berlanjut ke pertanyaan selanjutnya.

Yah begitulah pengalaman apply US Visa, secara umum sih nggak terlalu ribet cuman capek pas antri saja sih .Pokoke, baca semua syarat yang ada di halaman http://jakarta.usembassy.gov/howtoapply.html. Lalu, jangan terlalu liat orang laen, ada yang bawa KTP-lah, KK-lah dll Sempet takut aja, emang disuruh bawa yaa.. Pokoke liat di web itu, kalo ga disebut ya udah ga usah dibawa.




Wednesday, October 19, 2011

Hati hati dengan rm

Tadi pagi seperti biasa mengajar DDP sampe siang. Dan seperti biasa, maunya disambi demo program supaya mahasiswa harapannya lebih mengerti ketika melihat program dieksekusi. Tapi saya tadi agak lalai haha. Jadi biasanya sebelom eksekusi saya kebiasaan rm file-file *.class. Jadi kalau di Linux pakai command "rm *.class". Tapi tadi karena buru-buru aku tulis "rm *.java"!!!!!!!!!! Dan akhirnya semua source code lenyap tak bersisa. Untung cuma beberapa file doang di file tersebut.

Moral dari kisah hari ini adalah : hati-hati menggunakan rm.

Monday, October 03, 2011

Main Game

Sudah agak lama enggak main game di PC. Padahal dulu lumayan maniak untuk main game :P Tadi browsing-browsing kira-kira game apa yang menarik. Nemu game Team Fortress 2, kayaknya sih menarik. Moga-moga Bayu dan Gatot bisa diracunin untuk maen game ini. Udah mau nyoba download tadi, tapi harus pakai Steam. Tapi kalau dilihat trailernya sepintas, kayaknya sih menarik :D

Ngomong-ngomong maen game, tadi untuk pertama kalinya maen PES (Pro Evolution Soccer). Dibantai sama Gatot 1-3, saya pakai Barca dia pakai MU. Pertama unggul 1-0 (beginner's luck), abis itu dikurung habis sama si Gatot dan dibantai.. :( Dan tau sendirilah, gayanya Gatot... ngebully abis dahhh hahahaha..

Sore tadi jg sempet maen tenis meja bentar, lawan mahasiswa angk. 2010, cewek lagi. Dibantai juga.. Ni anak tanpa ampun lah maennya. Oh hari ini penuh dengan pembantaian :D

Tuesday, September 27, 2011

Game Development - Player

Semester ini bisa dibilang saya benar-benar sibuk, "dipercaya" mengajar 13 SKS. Jadi ceritanya semester ini ngajar DDP (Dasar-dasar Pemrograman) dan Game Development. Game development ini mata kuliah yang baru buka, alias promo dan dosennya pun promo :D Setelah menelaah beberapa literatur tentang game design/development ini, ternyata game bukanlah software sembarangan.

Lalu apa sih bedanya game dengan software kebanyakan. Aspek penting yang membedakan game dengan software kebanyakan adalah adanya unsur experience. Yup, tugas kita sebagai game designer adalah bagaimana kita dapat menyampaikan experience tertentu kepada pemain dari game yang kita buat. Jadi, software yang kita buat bukan sekedar correct tapi juga harus berhasil memberikan experience yang bagus untuk pemainnya.

Lalu apa yang membuat susah? Yang namanya experience itu terjadi di dalam pikiran manusia, otak manusia. Otak bisa dikatakan adalah benda yang paling kompleks di dunia, untuk menghibur otak bukanlah pekerjaan yang mudah. Sehingga, sebagai game designer setidaknya kita harus memiliki pengetahuan bagaimana sebenarnya pikiran kita secara umum bekerja. Ok-lah mungkin untuk mengetahui pikiran sedalam itu akan sangat susah, paling tidak kita harus bisa mengidentifikasi jenis-jenis player yang ada.

Bagaimana mengidentifikasi jenis-jenis player? Tentu saja setiap manusia ini adalah pribadi yang unik, memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Namun apabila kita ingin membuat game untuk audience yang cukup besar, generalisasi terhadap audience bisa membantu kita.
Menurut Jesse Schell, pria biasanya ingin melihat unsur-unsur berikut dalam game:
- Mastery
- Destruction
- Competitive

Lihat saja anak-anak laki, biasanya mereka suka memainkan sesuatu yang membutuhkan penguasaan (mastery), memenangkan sesuatu (competition) , menghancurkan sesuatu (destruction) misalnya main tembak-tembakan, daripada menyusun balok mereka lebih suka menghancurkannya :P

Sedangkan wanita biasanya ingin melihat unsur - unsur berikut dalam game:
- Emotion
- Real world
- Fellowship
- Nurturing

Contohnya, permainan yang dipilih anak-anak cewek biasanya berhubungan dengan kehidupan di dunia nyata misalnya dokter2an, masak2an, rumah2an dst

Jadi, moralnya adalah, ketika kita mendesain suatu game kita perlu mengerti calon player kita itu seperti apa. Apa yang mereka sukai? Apa yang mereka tidak sukai? Apa yang ingin mereka alami ketika memainkan game.

Thursday, September 22, 2011

Keramahan

Lebih ramah mana orang Belanda atau orang Indonesia ? Kalau masalah individualis sih, menurut saya orang Belanda lebih individualis. Tapi kalau masalah keramahan, kadang saya merasa orang Belanda lebih ramah.

Merujuk pada apa yang saya alami dulu di Belanda, kalau misalnya kita ke supermarket terus bayar di kasir. Pasti kasirnya bilang terima kasih, lalu have a nice day/ have a nice weekend etc. Pas pertama diperlakukan seperti itu rasanya aneh bagi saya. Dengan kata lain di Indonesia tidak terbiasa diperlakukan seperti itu.

Yang paling kentara lagi kalau di kampus, misalnya kita kerja di suatu building gitu terus kita agak sering ketemu seseorang yng sama walau kita tidak kenal sama sekali. Atau seseorang yng sering sama-sama di lift. Kadang-kadang mereka duluan yang nyapa "Hi". Begitu sebaliknya, kalau kita "nekat" nyapa pasti akan dibales. Kalau di Indo rasanya hal semacam itu aneh. Gak kenal kok ngapain nyapa.

Saat ini yang paling menyebalkan bagi saya adalah ojek. Terlepas bagaimana kerasnya hidup yang mereka alami, harusnya mereka menempatkan customer sebagai raja dong. Kalau dikasih uang pas kita bayar aja, jarang bilang terima kasih. Kalau duit yang dikasih gak cukup, ngomel-ngomel. Nyebelinlah. Kalau ada ojek yang membaca tulisan ini, maaf ya.

Friday, September 16, 2011

Wedding Crasher

Sekitar 1 minggu yang lalu saya resmi jadi wedding crasher untuk pertama kalinya! Yup, jadi ya saya datang ke suatu pernikahan tanpa undangan. Memang kedengarannya gila sih. Jadi ceritanya, teman saya semasa kecil, ngajakin untuk datang ke nikahan sepupunya. Hmm, kalau orang laen yang ngajakin pasti saya nggak mau. Tapi berhubung temen saya ini emang orangnya rada-rada "edan" ya udah aku iya-in saja. Yah itung-itung killing time waktu weekend.

Tempat nikahannya di Bidakara, keren man tempatnya. Mayan mewah gitu suasananya. Makanannya buanyaaak, minumannya buanyakk, ada es krim pula. Terus tata letaknya menarik juga sih, jadi orang yang salaman udah ada kayak pagar pembatasnya gitu waktu ngantri. Jadi kesannya lebih teratur. Rame mampus pokoknya, banyak banget undangannya kelihatannya. Sebenernya pengen salaman sama yang menikah, tapi gimana gitu, lha gak kenal.. Jadinya ya cuma muter-muter, nyobain makanan, nyobain minuman, makan es krim banyak-banyak.

Ada sedikit hal yang mengejutkan, akhirnya ketemu temen yang dulu sempet deket. Tapi doi udah punya pacarlah sekarang. Wah pas dia nanya kok aku bisa dateng ke nikahan itu, yah bingung juga jawabnya hahahaha. Memalukanlah!!

Ketemu juga dengan Mamanya temenku, wah ga berubah wajahnya. Udah LUAMA BUANGET gak ketemu mamanya. Ketemu juga dengan Pak Yus, dulu guru SD saya, yang memang dia deket dengan keluarganya temen saya waktu mereka masih di Salatiga.

Lalu, yah karena makan es krim kebanyakan saya jadi pengen mencr*t!! Gak intelek banget dah pokoknya hahaha... Ya ya ya, es krim emang enak tapi kebanyakan juga gak baik. Habis dari WC sih niatnya langsung niat pulang ke Depok soalnya besok ngajar jam 8 pagi. Tapi si temen nyuruh saya gak pulang dulu, katanya mau dikenalin ke sepupunya. Hmm, pengen langsung ngacir man, yah gimana gw emang ga bakat yang kayak ginian. Yah sudah terus dikenalin dengan sepupunya. Enggak tahu gimana, saya langsung gugup abis gitulah. Yah orangnya memang menarik, jadi susah juga mau ngomong apa hahaha.. Bukannya nanyain ttg dia, malah aku nanya ttg temannya dia yang jg teman saya hahaha.. Parahlah. Pas pulang, ingin rasanya membenturkan kepala ke tembok.. Oh betapa tidak pedenya saya dalam hal-hal begini. Padahal gw udah doa segala =))

Kenangan

Pada hari ini di UI diselenggarakan wisuda di tingkat universitas. Melihat mahasiswa-mahasiswa yang baru saja diwisuda, tiba-tiba jadi teringat waktu wisuda di ITB dulu (S1). Pas S2 di Belanda emang sengaja gak ikut, malah liburan ke Indonesia sebelom mulai kerja disana, jadi gak ada memori apa-apa ttg wisuda S2.

Waktu di ITB, wisudanya tentu saja diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), gedung yang sama ketika saya diterima sebagai mahasiswa baru tahun 2001. Acaranya meriah dan sekaligus membosankan, harus nunggu giliran dipanggil buat salaman sama rektor. Yah waktu dipanggil namanya, ada rasa bangga juga waktu itu, "Samuel Louvan lulus dengan predikat Cum Laude" (walau cum laude ga ada gunanya jg sih kecuali buat lolos seleksi CV pas nyari kerja hahaha :P ). Dan pada hari itu juga, 13501026 sudah tinggal nama :D.

Disamping perasaan bahagia, puas, lega dan emosi-emosi positif laennya ya ada juga yang membuat sedih. Yah, karena hanya mama saya saja yang dapat menghadiri wisuda karena papa sudah dipanggil Yang Di Atas. Sedih karena saya tidak dapat berbagi kebahagiaan dengan beliau. Ketika saya melihat teman-teman saya didampingi oleh orangtuanya yang lengkap, saya menjadi lebih sedih. Apalagi ketika penerimaan mahasiswa, Papa yang mendampingi di Sabuga. Dulu ada fotonya sih pas dia masuk Sabuga, tapi nggak tau sekarang sudah dimana foto itu.

Kenapa memori Papa saya itu begitu melekat dengan pengalaman hidup saya di ITB, yah karena dia sudah luar biasa banget mendukung saya. Pertama-tama kuliah disana sangat tidak mudah bagi saya. Berat. Jauh dari keluarga, bertemu anak-anak lain yang luar biasa hebatnya yng membuat minder. Apalagi waktu dulu di IF ITB, jadi mikir buset ini 80 anak lainnya kok jago2 semua. Papa saya kadang-kadang subuh udah ngetok kamar kos saya, dia langsung datang dari Salatiga, lalu tinggal 1-2 hari yah dengan maksud menyemangati saya. Sungguh saya berutang pada Papa saya, dan tidak ada cara sama sekali untuk membayar utang tersebut. Saya cuma bisa bersyukur kepada Tuhan karena saya sudah mendapat Papa seperti dia.

Yah sekian dulu deh, hahaha..malah jadi ga mood nulis lagi. Ahayyyy

Salam Ganesha! Bakti kami untukmu Tuhan, Bangsa, dan Almamater. Merdeka!


Monday, August 22, 2011

Weekend, Saatnya Bosan

Seperti biasa, weekend adalah waktu yang membosankan. Selalu saja bingung mau ngapain. Padahal kan sayang-sayang kalau weekend dibiarkan begitu saja. Mau jalan ke mall lama-lama bosen juga. Ke kantor, paling browsing dan gak baca paper. Di kosan paling ngelamun gak jelas. Kemarin Minggu akhirnya nyoba pergi ke gereja yang rada jauh, di daerah Jakarta Barat. Gerejanya namanya GKI Surya Utama. Karena gereja tersebut lumayan deket dengan Mal Taman Anggrek, jadilah mampir ke mall dulu. Jalan-jalan gak jelas, puter-puter, cari makan siang sambil nunggu jam 4-an. Naik taksi untuk nyari gereja ini (baru pertama kali ceritanya), lumayan gampang nyarinya, soalnya pas di pinggir Jalan Panjang.

Gerejanya mayan bagus gedungnya, dalam ruangannya juga ber-AC jadi enggak kepanasan. Lalu ada inFocus-nya juga. Yang menarik, waktu saya kesana ada persembahan pujian menggunakan kulintang, keren juga. Selesai gereja, cari makan lagi, balik ke Mal Taman Anggrek lagi :D Puter-puter, yak rame sekali! Jelaslah, orang jam buka puasa. Nunggu 1 jam-an akhirnya memutuskan makan di Fish & Co. OMG, gimana mau kurus-kurus kalau makan kayak ginian terus. Habis makan, nge-random liat orang-orang maen ice hockey, terus sempet ke Gramed lihat-lihat buku. Selesai semuanya itu, pulang deh ke Depok, dan numpang di rumah Mas Nizar. Oh, betapa membosankannya weekend ini.

Jadi PA

Pada semester ganjil 2011/2012 ini saya memiliki pengalaman baru yaitu menjadi dosen PA (semacam dosen wali) untuk mahasiswa baru angkatan 2011. Sebenarnya belum merasa pantas juga menjadi PA, saya kan masih hijau juga :-) Ada sekitar 17 mahasiswa yang di bawah "kontrol" saya. Minggu lalu kita sempat berinteraksi waktu acara PSAF. Mayoritas mereka berasal dari SMU di wilayah Jabotabek. Sempet rada bingung juga mau ngobrol apa waktu acara tersebut. Yah gimana, saya cuma dikasih daftar mahasiswanya dan buku kurikulum 2010 yang tentu saja belum sempat saya baca. Akhirnya ya jadi rada garing, cuma kenalan, nanya motivasi milih Fasilkom kenapa etc. Yang menarik (dan sudah saya perkirakan sebelumnya), mayoritas tidak ada yang memiliki motivasi yang JELAS kenapa mereka memilih Fasilkom. Tapi menurut saya sih itu wajar saja hehe.

Thursday, August 11, 2011

Interview Fulbright

Beberapa minggu lalu diundang interview untuk Fulbright Scholarship (PhD). Seneng sih rasanya walau bisa diundang saja, karena pas mbuat Study Objective + Research Statement (SO + RS) gonta ganti lebih dari 10 kali sampe mabok sendiri. Kalau ditanya bagaimana interviewnya, hmm ga tau juga sih gimana. Interviewernya ada 4 orang. Tiga orang Indonesia dan satu orang Amerika.

Terus terang ini pengalaman interview paling "berat" hehe.. Istilahnya "dibantai" abis. Kalau aku nangkep sih kayaknya interviewernya gak baca dengan baik study objective + research statement-nya. Entah juga sih, apa mereka sengaja ngetes aja. Tapi sedikit banyak, di dalam hati rasanya kecewa banget, ya gimana sebulan penuh meluangkan waktu yang udah sedikit banget untuk membuat essay trus akhirnya gak dibaca ya piye ngono lho rasanee. Interviewer yang orang Indonesia bener2 agresif man.. Bener-bener kejamlah hahaha. Ada yang sampe ngomong gak ada manfaatnya penelitian kayak gini di Indonesia. Oh man, rasanya down + marah campur aduk pas dia ngomong kayak gitu. Yah gimana ya, kamu bener-bener suka suatu bidang dan orang lain mengatakan hal itu omong kosong, gimana gak kesel. Yah tapi berusaha sabar aja dan menjawab dengan tenang dan masuk akal saja. Hal yang susah lagi adalah, tampaknya mereka bukan org Computer Science dan kayaknya gak tertarik sama sekali. Bagi mereka field seperti IR & NLP itu membingungkan sekali. Pertanyaan yang mantap dan tentu saja SUSAH adalah dari orang Amerika-nya. Walau sama kejamnya hehehe, dia tampak masih ingin menggali apa yng menarik dari topik yng dituangkan dalam RS. Salah satu pertanyaannya tentu saja tentang bagaimana menghandle negation dalam automatic sentiment analysis. Hmm, yah cara paling gampang sih dikasih penalty pas ada negation. Dia tanya cara laen gimana, aku bener-bener lom ada solusinya, lha gimana lom riset tentang itu. Lalu dia ngasi contoh-contoh ekspresi laen dan bagaimana menanganinya, hmm ya susahlah haha, kan namanya bahasa kan kreatif, gimana komputer bisa nanganin SEMUA pattern. Yang paling masuk akal ya fokus ke grammar pattern tertentu. Semakin banyak data yng bervariasi ya kita bisa generate rule semakin banyak. Tapi nampaknya dia tidak puas dengan jawaban itu.

Selesai interview dikasih tau, kalo misalnya lolos harus siapin GRE, perbaiki SO+RS dll. Hmm masih berharap dapet sih. Tapi kalau gak dapet juga, aku mau tetep apply ke univ langsung disana. Wish me luck.

Friday, July 15, 2011

TREC

Phewww... what a day, just finished coding for TREC (Text Retrieval) Experiments. So many ideas being thrown in our work. Hope that the hard work will be paid off in the end.

Tuesday, June 28, 2011

Indonesia Maju?

Beberapa waktu lalu Sehat Sutardja bilang, kalau Indonesia mau maju salah satu caranya ya orang-orang yang sekolah di luar negeri kembali ke Indonesia untuk membangun bangsanya. Tapi ya menurut saya gak segampang itulah, kan butuh lingkungan yang kondusif juga untuk berkarya. Lagipula kebanyakan orang Indo yang diluar argumennya biasanya memandang negeri lain jauh lebih nyaman, duit lebih banyak, nunggu Indonesia maju dulu deh dll. Sah-sah aja sih mereka berpendapat seperti itu, lha emang kenyataannya begitu. Tapi kalau mau nunggu Indonesia maju dulu, gak akan pernah dehh.. Jadi, harus ada yang berani berkorban..

KRL

Mau tahu cerminan kultur orang sini yang paling practical? Gampang, naik saja KRL. Dari pas ngantri di loket, ngantri mau naik, ngantri mau turun, gak ada yang beres sama sekali. Contoh, pas ngantri di loket, kan giliran saya tuh, kadang-kadang saya nanya beberapa pertanyaan ke orang yang jaga di loket e.g. Ekonomi AC jam berapa? Kalau Ekspress jam berapa? Ada saja orang yang nyerobot langsung buat beli tiket. Mungkin mikirnya dia, saya masih bingung nanya2 dan kalau dia udah tahu apa yang harus dibeli. Tapi bukan gitu dong caranya.

Pernah lagi pas mau turun di Stasiun Sudirman, udah siap-siap mau turun berdiri di depan pintu. Eh pas pintu kebuka, kayak belasan orang nabrak saya aja gitu. Kacamata pun terbang melayang. Gak habis pikir. Kalau mau teratur kan ya harus nunggu orang yang nunggu keluar dong.

Dipikir-pikir, salah satu kesedihan saya nantinya adalah: Sampai nanti aku mati-pun belom bisa menyaksikan bangsa ini maju.

Thursday, June 09, 2011

Nilai Akhir

Hmm, habis UAS adalah saat-saat banyak mahasiswa pengen ketemu dengan dosennya, bahkan berkunjung ke kantornya. Yah sudah bisa ditebaklah mau ngapain yaitu nanya nilainya lah, bisa lulus apa enggak dll. Kemarin rada bete juga ada yang dateng, hampir setengah jam memohon-mohon diberi kesempatan. Yah kalo nilainya mepet-mepet bisalah..Lha ini jauuuuuuh banget. Aku kasih tugas tambahan dua biji juga ga bisa kecover jugalah. Jadi mahasiswa ini bukan orang Indo sih, ya aku juga rasanya kasihan banget tapi ya mau gimana, masa nurunin standar jauuuuh banget. Belum lagi kalau di kelas selalu ngantuk, pas ujian jg ngantuk. Ya dia memohon-mohon kalau gak lulus satu aja, dia bakal out dan harus kembali ke negerinya. Yah menurutku sih itu bukan alasanlah, dulu juga pas kuliah di TU/e saya juga susah, jungkir balik juga pas pertama-tama.

Belom lagi kalau lihat jawaban ujiannya dia, buset dah gak nyambung sama sekali. Asal jawab saja. Yah maaf, daripada aku lulusin tapi entar gak bisa survive disini.
Sempat emosi juga aku pas dia memohon-mohon berkali-kali (10 kali ada mungkin), emangnya aku ga denger apa. Sampe aku rada tinggi ngomong, "Ini UI! Bukan universitas pinggiran." Ya gimana, nilainya tuh bener-bener jauh di bawah... Dia bilang dia sudah usaha mati-matian, udah tidur pagi dll tapi tetap gak bisa. Ya kalo gak ngerti kenapa nggak nanya asisten? Kenapa gak nanya saya juga? Kenapa disimpan sendiri aja? Asisten, dosen dibayar buat bantu dia kan?

Saya juga pernah kok mengalami kegagalan. Dulu pernah ngambil mata kuliah super abstrak abis, namanya Algorithms for Model Checking di TU/e. Ga ada itung-itungan, cuma ada simbol semua, dan pembuktian semua dll. Pertama ngambil, fail. Ya fail! Sebagai orang yang belom pernah fail *halah*, depressed dong. Setelah aku pikir lagi, kenapa aku fail ya karena setiap enggak ngerti ttg sesuatu disimpen sendiri saja. Bingung ttg sesuatu disimpen sendiri. Ya udah deh setelah itu pas ambil ujiannya lagi, attitude-nya diubah, semua yang kaga ngerti langsung ditanyain, yang bingung dikonfirmasi etc. Hasilnya? Nilai akhir 10 BULET! Apakah gw jenius? Kaga. Seperti kata Taufik Hidayat, winning is an attitude man..Gw ngubah attitude gw, mati-matian kayak mahasiswa di atas, tapi lebih smart..ga ngerti ya nanya. Ngapain gengsi-gengsian sama orang lain harus kelihatan pinter dll.

Mending ya cuma satu mahasiswa seperti ini...Tapi ada beberapa kasus sejenis....Cape juga.

Monday, May 09, 2011

Bestfriend

My sister is my BEST friend. PERIOD.

Saturday, May 07, 2011

Stop?

I think, I'm going to stop it..

Wednesday, April 20, 2011

I Hate This Feeling

Oh man..it's been a while since I had this kind of feeling. It really bothers me...Hmmmm... However, I don't want this feeling to go away...I really need the courage of the heart.

Tanggung Jawab

Dulu sekitar tahun 1996, seorang guru Ekonomi saya waktu SMP, namanya Bu Endang lagi berbicara sesuatu dan akhirnya sampai pada suatu topik, jadi dia bilang..saya itu walaupun sakit, tetap berangkat sekolah dan mengajar kalian. Terus dia tanya, kira-kira kenapa saya tetap mengajar ke sekolah? Samuel, kira-kira kenapa?

Waduh, aku sih waktu itu, yaaa namanya anak kecil polos ya hehe, hmmm setelah ngajar jadi lupa sakitnya Bu! Si Ibu raut mukanya berubah, bingung..kayaknya rada kecewa gitu dengan jawabanku hehehe.. Ya dia bilang, karena dia ada rasa tanggung jawab.

Selama 15 tahun, saya merasa jawaban dia biasa aja..Tanggung jawab. Namun sekarang saya bisa merasakan apa yang dia rasakan.

Matematika

Sejak SMU, pelajaran yang paling saya suka rasanya ya Matematika ya. Yah alasannya klise-lah, ga perlu ngafal seperti biologi.. Fisika juga rada suka tapi logicnya ga terlalu suka hehehe..Ga cocoklah..Long story short, setelah menempuh S1 dan S2 di bidang Ilmu Komputer/Informatika, baru kerasa banget yang namanya matematika itu the queen of science deh..Lebih spesifiknya matematika yang rada abstrak gitu deh..e.g process algebra dan sejenisnya.

Setelah belajar di luar dan ngeliat inovasi-inovasi yang para peneliti lakukan ya dasarnya dari matematika yang fundamental..yang abstrak-abstrak..Jadi rada nyesel dulu ga terlalu hardcore mendalami matematika yang abstrak-abstrak.. Ngeliat simbol-simbol formal method dulu aja udah males duluan..Hehehe..


Kalau di dunia IR sekarang sih, inovasinya berangkat dari ilmu probabilitas dan statistik ya..

Emotional connection

Mungkin bagi sebagian orang, menjadi penggemar bola/basket atau olahraga itu hal yang aneh. Kok bisa ya kita menggemari suatu klub atau atlet.. Padahal kenal saja enggak, ketemu aja enggak pernah..Kita cuma lihat permainan mereka di TV. Kok bisa ya kita menggemari permainan mereka. Belom lagi ketika mereka kalah kita sedih dan ketika mereka menang kita juga ikut senang..Kok bisa ya? Hahaha..

Masi inget dulu pas tahun 1996, Liga Champions AFC Ajax Amsterdam vs Juventus. Wah Ajax kalah adu penalti, Edgar Davids gagal masukin bola ke jaring. Buset, waktu itu tanpa sadar aku meneteskan air mata hahaha... Terus pas Patrick Kluivert mulai naik daun di Ajax dan di timnas Belanda, aku selalu ngikutinnn terus beritanya di koran..Pas dia terlibat kasus apa gitu, aku juga ikut sedih haha..Pas performanya jelek di AC Milan, juga ikut sedih... Lalu waktu Olimpiade 2004, Taufik Hidayat di final bulutangkis, waktu itu dia diragukan oleh publik..tp amazingly dia bener2 tangguh di olimpiade dan membuat semua lawan..Gak tau, pokoknya setiap liat klipnya..terus pas dia nangis habis menang, rasanya terharu juga hahaha..

Bukan cuma olahraga..ngeliat film juga gitu kan? Ngeliat orang akting kita juga bisa terbawa suasana hehehe... Yah banyak hal yang bisa membuat hati kita "moved"

Momen Seorang Juara

Salah satu hal yang membedakan seorang juara dan bukan juara adalah kemampuan melakukan sesuatu hal yang luar biasa pada saat yang menentukan. Barusan ngelihat-lihat lagi highlight-highlight NBA playoff jaman 1990-an dan awal 2000 dimana pemain seperti Michael Jordan, Kobe Bryant berjaya (yang ini masih sih).

Berkali-kali mereka (terutama Jordan) menunjukkan bagaimana pada skor yang sedang ketat/draw mereka mampu membuat perbedaan. Bagaimana mereka bisaaa ajaaa masukin tuh bola ke basket pada keadaan yang super genting. Masih aja enggak abis pikir bagaimana di saat shot clock hitung mundur, tekanan yang begitu tinggi mereka bisa fokus banget dengan apa yang harus mereka lakukan. Dan mereka melakukannya bukan cuma 1-2 kali, tapi BERKALI-KALI..Wow man..tetep gak abis pikir ada orang-orang seperti itu...

Monday, February 07, 2011

Super Dan

Being attacked in the media by Lee Chong Wei (LCW) and Taufik Hidayat (TH) regarding his suspicious walkover in the Malaysian Open SS, Lin Dan (LD) proved once again that he is still the best in the world of badminton by winning the Korean Open SS 2011. The Olympic Champion made his way to the final comfortably by crushing TH & Simon Santoso in the semifinal to meet his big rival, LCW.

The final match was as intense as it could ever be. The two traded fast & deadly smashes, nasty drop shots, a centimeter precision of net play, while pounced the shuttle whenever it flew above the net tape. In the beginning of the match, it was LD who took control of the game. It's interesting to see that he can collect points after points without need to pull the trigger too often. Different with his usual style of play which is very explosive & aggressive it seems that he changed a bit, we can see that he's more relaxed and patient to wait for LCW's mistake. LCW, the current world number one, showed that he's the only player who can earn respect from LD. Although he lost in the first set, he succeeded to force a rubber set match. The third set was quite tight, however, LD is LD, a type of a player who can dictate the game play whatever he wants and whenever he suddenly increases his speed, no one can match him. In addition to that, some of LCW's unforced errors really made LD to close down the score deficit. Advice to LCW: never give free donation points, especially if you play against LD!

Looking back from the past 5 years until now, the men singles has been boring as the gap between LD&LCW and the rest of the world is quite significant, especially when TH already out from his hey days. I think we need some more brilliant players to ignite the fire of the competition, we need a wonder kid we saw in TH 11 years ago, we need European players who are on par with Chinese players, we need more talented Indonesian players to bring back the badminton domination to our country. Nevertheless, I must admit, Lin Dan is the king right now, and if he can keep his performance until next year, a back to back Olympic champion is not a dream. Super Dan.

Friday, January 14, 2011

Semester I - 2010/2011

The teaching experience last semester was marvelous for me. It was a honor to stand in front of so-called Indonesia's smart & brilliant students for about a half semester. However, the excitement to teach Programming Foundations to the students also posed some challenges.

Challenges, written randomly & unstructured:
-
Skills were varied
The profile of the students were varied, some of them already exposed to programming for years with exceptional achievements, some of them had a bit experience and the rest had no prior experience at all in programming. Teaching a subject for a group of people with different skills such this is a bit tricky. If I explained something slowly in details, the students who already mastered the subject will get bored easily while if I explained only the concept the other students may feel lost in space.


- Student: Why should I learn this?
Imagine you just got graduated from senior high school, proud to be accepted in a good university, overflowed with the euphoria then you got flooded with a creature called Java while you don't have any experience in programming. I can imagine it can be very frustrating for some students. You learned about class, objects, arrays, iterations, recursive functions and you end up in a situation to questioning all of the concepts you just learned, "Why do I have to learn all of this?" In practice, I would say many students will feel that the course is too abstract and extremely boring. In order to trigger up their motivation, we need to show something that we can do with the programming thingy in the real world e.g. make an useful & fun application/software as examples/ course assignments. But um..maybe we should try to use Greenfoot next semester as advised by Mas Rizal Fathoni?


- Thinking recursively
Not everybody can plug in to the recursive paradigm easily. Moreover, in my opinion learning recursive topic with Java is painful. I think it is best to learn recursive paradigm by using programming languages which use functional paradigm e.g. LISP. I'm grateful back in my undergrad study they taught me LISP for one semester. Yes, one semester to build the sense and mindset to understand recursive paradigm.

- Grading

Sometime ago, a fellow lecturer wrote in an email saying that after some periods of teaching he can determine which student may pass/ fail the course and grading is just a matter to justify whether the student will
earn A, A-, B+ , etc I have to say that I experienced the same feeling as well. As for me, it is not necessarily true that a student with an A is absolutely better than a student with B+, B- or C. It's just a grade anyway, and there are many factors which contribute to a grade. Even in an exam, you cannot judge the full potential of a student. However, a good student tends to do well in an exam. But again, don't judge a student by looking only to his grades.

- Do they understand?
Reading student's "faces" is important, I need to know whether my explanation is clear enough to them. Sometime if I see many of them seem puzzled, I will try to explain something slower than before. However, I cannot ensure that every students always understand about every single concept that I delivered. If I may cite my undergrad lecturer's advice, Inggriani Liem, "read again about the topic in the afternoon while drinking a cup of tea and grabbing a piece of bread". Yes, the bottomline is,some concepts need more time to sink in your head.

- This is not my place!!
After several weeks/months some students will think, oh man this is not a place for me. Programming is not for me. I hate programming. Programming sucks etc. Well this is not a situation everybody wants to undergo, however this is a concrete situation which often happens. Computer science is not just about programming, however, still, programming skills are essential for computer science students.

- Mutual understanding
Speaking in front of others is never easy, especially for a shy guy like me *haha*. But fortunately I'm confidence enough to talk about something that I know much about it. Speaking in front of, about 50 other people is indeed intimidating in the beginning, especially when they just ignored you *haha*. Sorry to say, but I feel really bad when someone (during lecture) is just busy with his laptop, mobile device etc and begin twittering, facebook-ing. In order to reach the goal of the course, we need to have a mutual understanding and cooperation. I did my job as a lecturer and they also should understand their responsibility as students. Don't get me wrong, I never entered the class with an empty headed and talking about nonsense things. Before the lecture usually I read every section of the book & slides carefully, try to make an interesting example of it. Even the other DDP senior lecturer , also does the same thing. Having said that I always give my best to prepare the lecture, I also the expect the students to also give their best during the lecture. However, it's not always the case for the students :D But um..they just teenagers anyway and 6 credits for a course is indeed a bit overwhelming.

Ok, enough about the challenges, the bottomline is there is still a lot of room for improvement, both for the students and me.

Last but not least, now I realize why Bu Inggriani Liem was so strict when she taught us programming. Bu Inge, wherever you are, my BIG thanks to you. God bless you.